Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatau kaum maka tidak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-Ra'd: 11).
Kadang kita merasa bahwa kita adalah orang yang paling susah di dunia ini, namun kita juga sering lupa dibelahan bumi ada begitu banyak saudara kita yang mungkin tidak bisa menikmati sholat subuh setenang kita yang masih memiliki begitu banyak kesempatan, untuk beranjak menuju masjid. Bahkan karena begitu longgarnya suasana tidak sedikit dari kita yang terbiasa melaksanakan subuh di rumah saja, karena lelap telah menenggelamkan kita dalam kelalaian untuk tidak berjamaah di Masjid.
Padahal pada saat yang sama ada cerita tentang mortir dan peluru yang melubangi lusinan tanah dan tubuh di belahan bumi jihad di sisi lain dunia ini. Ada lusinan anak kecil yang kehilangan orang tuanya karena tirani fasisme dari topeng demokrasi, yang justru anak anak itu mampu menghafalkan Al Quran jauh lebih banyak dari kita, terutama diri saya ini.
Untuk setiap keterasingan saya menulis ini, karena dalam keterasingan saya belajar tentang ketangguhan. Ketika begitu banyak orang terjebak dalam kegalauan antara kontradiksi mungkin dan tidak mungkin. Namun keterasingan telah membuat kelemahan bisa menemukan potensinya untuk berdiri menantang badai. Keterasingan bukanlah suatu hal yang buruk, jika kita tahu bahwa Islam juga dimulai dari sebuah keterasingan.
Saya yakin berjamaah bukan sekedar sebuah masalah administrasi ketika anda hendak bergabung dengan sebuah organisasi Islam, namun lebih dari itu, ia adalah kemampuan berbagi bukan hanya pada saat kepentingan memilih dalam sebuah panggung politik praktis, bukan pula dalam kepentingan mengumpulkan massa dalam sebuah rencana demonstrasi. Tapi lebih daripada itu berjamaah adalah sebuah kekuatan yang hidup dari kekuatan aqidah.
Dari kesadaran aqidah lahir tanggung jawab ukhuwah. Itulah inti dari persatuan umat Islam. Ia tidak digagas dalam permasalahan bendera organisasi, tapi lebih daripada itu ia adalah kemampuan berbagi, mengisi dan saling menguatkan dari dasar Aqidah tanpa memandang latar belakang golongan, ras atau suku bangsa juga organisasi Islam. Maka tak usah kau sedih jika ada yang mengasingkan dirimu hanya karena pemikiranmu, idealisme atau semangat yang hidup bersama konsistensi komitmenmu pada keilmuan.
Percayalah selalu ada "air zam zam" untukmu, jika kau mau belajar untuk yakin dalam doa dan keistiqomahan ikhtiarmu, dan Siti Hajar sudah merasakan itu ketika ia harus mengikhlaskan kepergian Nabi Ibrahim As untuk menunaikan tugas dakwahnya. Karena sejatinya jika kau memang beriman, maka tak ada keterasingan dalam dirimu selain engkau selalu ditemani oleh sesuatu yang kau yakin bahwa tidak ada tuhan lain selain Allah Swt dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Maka yakinlah tak ada badai yang selamanya…
"Allah tidak membebani melainkan sesuai dengan kesanggupannya…" Al Baqoroh : 286
Pengirim: RAJA DAME TUA SAMUEL SITORUS (Hukum)