Antara Mabuk Atau Candu Ketua (Kaum Tua vs Kaum Muda)
Oleh: Alfander Pramanda Manalu, Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Fenomena yang terjadi di Kabupaten Asahan dalam rentang waktu beberapa tahun ini sangat memikat perhatian, yang mana sejak Tahun 2020 telah terpapar begitu banyaknya poster di media sosial dan juga spanduk di setiap sudut jalan di Kabupaten Asahan berisikan kesemangatan para tokoh setempat untuk mengabdikan diri pada daerah yang telah membesarkan mereka.
Hal tersebut biasa kita kenali dengan istilah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Moment tersebut sangat memikat perhatian di kalangan mahasiswa dan pemuda Asahan serta politikus Asahan yang berpengalaman dikarenakan di dalamnya tersaji pertarungan antara Tokoh pertahana, Tokoh Wanita Karir yang Tangguh, dan Tokoh muda yang enerjik dan kreatif.
Namun kali ini penulis tidak menceritakan lebih mendalam seputar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tersebut, melainkan kali ini penulis lebih tertarik untuk menceritakan moment pasca terselenggaranya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tersebut.
Pasca terselenggaranya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Antusiasme tinggi anak-anak muda Asahan hari ini dalam berlomba-lomba berupaya merebut estafet kepemimpinan di setiap lembaga, organisasi, asosiasi, dan lain sebagainya yang ada di Kabupaten Asahan yang kali ini masih di pegang oleh tokoh yang sudah lebih dulu berkecimpung di dalamnya.
Entah dikarenakan kekecewaan anak-anak muda saat ini terhadap masa kepemimpinan saat ini, atau memang hasrat tersendiri dari anak-anak muda ingin merebut estafet kepemimpinan tersebut karna merasa dirinya lebih enerjik atau lain sebagainya. Begitu banyaknya argumen, wacana, ataupun sentilan-sentilan dari anak-anak muda hari ini yang menyatakan bahwa dirinya siap memegang estafet kepemimpinan yang ingin diraihnya.
Bukan cuma anak muda, tokoh yang sudah berkecimpung di dalamnya pun tidak tinggal diam dengan beberapa sentilan-sentilan nya di media sosial yang menyatakan bahwa dirinya lebih layak karena memiliki jam terbang dan pengalaman yang lebih banyak ketimbang anak-anak muda yang sama sekali belum pernah merasakannya. Entah sampai kapan fenomena ini terus berlanjut, yang pasti hal ini sangat menarik untuk terus kita amati.
Harapan dari penulis kali ini ialah siapapun yang berhasil meraih estafet kepemimpinan selanjutnya, harus bisa memegang teguh mandat yang telah diberikan kepadanya, dan mengimplementasikan visi dan misi dari lembaga, organisasi, asosiasi dan lain sebagainya serta selalu ingat bahwa keputusan tertinggi terletak pada suara musyawarah bukan suara personal. Dan yang lebih harus diingat, jangan memainkan proposal untuk mengisi kantong ataupun dompet pribadi, jangan mencari hidup pada kekuasaan, tapi harus menghidupkan kekuasaan.
Selamat bertarung dan semoga yang menang mampu memegang amanah, dan yang kalah mampu menjadi pengamat terhormat.